Telah berbilang tahun lamanya saya menginjakkan kaki ke Singapura. Ketika itu saya dan keluarga melakukan vakansi ke negeri singa tersebut. Baiklah berikut ini akan saya hidangkan mengenai sekelumit kisah dan perjalanan yang saya alami.
Personil keluarga yang ikut ke Singapura terdiri dari: saya, Zuhdi, ibu, teh Hani, dan aa Imron. Beruntunglah semenjak dahulu saya gemar untuk mencatatkan segala sesuatu sehingga kepingan perjalanan di Singapura tersebut dapat terlacak kembali. Dari basis catatan kecil tersebut tulisan ini akan menemukan alurnya. Kami berada di Singapura selama 5 hari (Sabtu, Ahad, Senin, Selasa, Rabu). Sedangkan tahun kami menginjakkan kaki di Singapura adalah tahun 2006.
Sabtu
Kami berangkat dengan menggunakan pesawat terbang. Destinasi tujuan adalah Batam. Dari Batam kami naik ferry untuk kemudian touch down di Singapura. Ferry yang kami tumpangi untuk menuju Batam bernama wavemaster. Selama perjalanan laut kami menikmati hembusan angin, cita rasa laut, untuk kemudian dari kejauhan terlihatlah gedung-gedung pencakar langit yang menyambut kami dengan cita rasa modernitas. Setelah menyelesaikan urusan imigrasi, kami pun naik taxi cab. Pengemudi taxi cab-nya perempuan. Sesekali sang pengemudi menggunakan bahasa melayu dalam percakapan. Dan tahulah saya dengan istilah ‘pusing-pusing’ yang berarti ‘jalan-jalan’ atau ‘keliling’.
Setelah sampai di hotel yang kami tempati, kami pun bersiap untuk pusing-pusing di Singapura. Saya dan Imron tinggal di hotel yang berbeda dengan teh Hani, ibu, dan Zuhdi. Dikarenakan teh Hani merupakan perencana keuangan yang hemat, maka kami menempati hotel yang agak unik secara pengalaman. View dari jendela hotel yang kami lihat adalah para WTS yang mangkal mencari konsumennya. Alhasil saya dan kakak saya merasa terusik dengan view tersebut. Esoknya saya dan kakak saya migrasi ke hotel yang sama dengan teh Hani, Zuhdi, ibu.
Jalan-jalan di hari Sabtu di bulan Agustus tahun 2006 tersebut memperkenalkan saya dengan sarana transportasi efektif, efisien, manusiawi yakni: MRT. MRT adalah kepanjangan dari Mass Rapid Transit. Sarana transportasi ini dapat diandalkan dari segi ketepatan waktu, kemampuan mengangkutnya yang banyak. Sehingga hal ini dapat menekan angka kemacetan. Di samping itu pajak untuk kendaraan pribadi begitu tinggi di Singapura. Pemberian pelayanan fasilitas umum yang nyaman seperti MRT tentunya memudahkan warga negara tersebut untuk melakukan muhibah dari satu titik ke titik yang lain.
Di MRT tersebut boleh dibilang cukup ramai. Namun jangan ditanya soal kebersihan dan presisi waktunya. MRT tersebut sekalipun padat penumpang, bersih adanya. Dalam hal presisi waktu maka sekian menit sekali MRT akan tiba. Tiket MRT sendiri dapat dibeli di sebuah mesin yang menyerupai ATM. Setelah mengkonversi sejumlah uang maka penumpang mendapatkan kartu. Kartu ini digunakan dengan cara di-tab pada palang pintu masuk dan keluar.
Destinasi pertama kami di hari itu adalah Takashimaya. Di sana kami mencari makan dan mencicipi pemandangan keriuhan penduduk Singapura. Setelah mengisi perut di daerah Takashimaya kami pun beranjak ke tempat tinggal teman dari Teh Hani yakni mbak Riri. Tempat tinggal disana kebanyakan adalah di apartemen. Tanah yang terbatas di Singapura membuat hunian berbentuk vertikal tersebut menjadi opsi paling memungkinkan. Di tempat mbak Riri yang suaminya bekerja di kepolisian Singapura tersebut, saya, Imron, dan Zuhdi memilih untuk bermain games sepakbola Fifa. Sementara itu teh Hani, ibu, mbak Riri dan suami saling berbincang mengenai rupa-rupa perkara.
Sepulang dari tempat mbak Riri kami menikmati durian di pinggir jalan. Untuk kemudian kami beristirahat dan bersiap untuk hari selanjutnya.
Ahad
Pada hari Ahad tujuan utama kami adalah menuju Sentosa Island. Sebagai sarapan pagi kami mencicipi roti Prata dan teh Tarik. Roti Prata nikmat adanya dengan kuah serta daging. Sedangkan teh Tarik merupakan campuran antara teh dengan susu. Dalam proses pembuatannya terjadi tarik-menarik antara teh dengan susu. Sebuah atraksi yang menarik melihat pembuatan teh Tarik. Hal tersebut menambah khazanah pengetahuan saya tentang dunia kuliner.
Setelah sarapan kami pun memilih sarana transportasi bus. Bus yang kami tumpangi merupakan bus bertingkat. Tentu saja kami memilih untuk berada di tingkat 2. Menikmati rangkaian bangunan, budaya, sejarah dari bangunan-bangunan yang kami lewati. Setelah sampai di terminal, kami pun membeli tiket Sentosa Island. Tiket yang dipilih adalah Ticket Tour 1. Untuk menuju Sentosa Island kami menggunakan cable car. Dari atas ketinggian itulah kami dapat melihat Singapura dari perspektif yang berbeda.
Di Sentosa Island kami melihat Underwater World. Wahana yang setipe dengan Sea World di Jakarta. Aneka ragam binatang laut tersaji disana. Selepas dari Underwater World kami menuju Cinemania. Untuk kemudian kami menjajal tontonan 4 dimensi. Film yang diputar bertemakan pirates. Di pertunjukan tersebut selain disuguhi visual memikat 4 dimensi terdapat kejutan berupa semprotan air skala mini yang menerpa kaki.
Kami kemudian mencoba wahana Sky Tower. Disana kami dibawa pada ketinggian. Setelah sekian meter dari tanah, Sky Tower tersebut berputar secara pelan. Dari Sky Tower dapat dilihat Singapura dari ketinggian tertentu. Selepas dari Sky Tower kami beranjak ke wahana Dolphin Lagoon. Disana kami melihat atraksi lumba-lumba. Namun rupanya atraksi lumba-lumba tersebut kalah secara teknik dengan lumba-lumba di Ancol. Hal tersebut diceletukkan oleh pengunjung yang juga berasal dari Indonesia. Dan kami pun mengamini pendapat tersebut dengan cara saksama.
Kami menuju spot berikutnya yakni Musical Fountain. Disana terdapat atraksi air yang seperti menari serta dikombinasikan dengan musik. Selepas air yang menari terdapat sajian tarian yang memaparkan kebudayaan Asia. Rupanya bagi keponakan saya: Muhammad Zuhdi sajian dari Musical Fountain ini membosankan. Dia pun manyun sepanjang pertunjukan haha..
Selepas dari Musical Fountain kami menuju Merlion. Namun dikarenakan waktu telah sore dan dikenakan biaya yang cukup menguras kantong untuk sampai di kepala Merlion, kami memutuskan untuk sekadar melihat Merlion dari bawah. Malam pun menjelang dan kami kembali naik cable car. Dari atas ketinggian kami melihat kota Singapura. Kali ini dengan kompi cahaya yang mewarnai bangunan-bangunan di negeri yang dibangun oleh Raffles tersebut.
Kami pun tiba di Mount Faber. Mount Faber yang terletak di ketinggian menyajikan pemandangan serta arah. Untuk menuju Mount Faber, selepas dari cable car kami berjalan kaki. Di Mount Faber terdapat sejumlah teleskop. Disana kita dapat melihat berbagai arah. Seperti misalnya sudut yang memperlihatkan arah ke Jakarta. Puas di Mount Faber kami naik cable car untuk menuju tempat makan di Harbour Front. Selepas dari cable car kami melanjutkan dengan menumpang MRT. Di Harbour Front kami bertemu dengan teman teh Hani yakni mbak Clara, mas Jack, dan Aidil. Di sana kami makan di tepi sungai. Adapun restoran yang dipilih bernama Kinba. Makanannya enak banget. Makanan di Kinba merupakan masakan India. Kami juga mencicipi es krim jahe. Kombinasi unik bukan?
Senin
Pada hari Senin ibu kami me-request agar makan makanan Indonesia. Alhasil teh Hani membawa kami pada restoran Hajah Maimunah. Sajian yang disajikannya seperti makanan rumahan. Selepas mengisi perut, kami pun beranjak ke Mustafa Centre. Mustafa Centre buka 24 jam dan merupakan tempat perbelanjaan yang harganya relatif murah. Disanalah kami membeli berbagai souvenir yang memiliki tag line Singapore. Gantungan kunci, kaus, kotak musik merupakan sekelumit tentengan kami selepas dari Mustafa Centre.
Arah perjalanan untuk kemudian kembali ke hotel tempat kami menginap. Di kamar hotel kami menonton film The Devil’s Advocate. Film yang imho merupakan tipikal film kueren united. Kami agak lama di kamar hotel dikarenakan teh Hani berkeras untuk membeli tiket bioskop via internet. Sementara teh Hani berkutat dengan pemesanan tiket via internet, kami pun menggunakan waktu dengan cara saksama dan dalam tempo sesingkat-singkatnya untuk tidur siang haha..Akhirnya teh Hani menyerah dengan pemesanan tiket bioskop via internet. Pusing-pusing pun dilanjutkan.
Pusing-pusing diarahkan ke China Town. Disana ibu saya dibelikan baju khas Tiongkok oleh teh Hani. Malam pun tiba dan kami pun sampai di Orchard Road yang tersohor itu. Sebuah jalan yang kiranya memaparkan banyak mall. Kami hanya melewati Orchard Road tanpa singgah untuk berbelanja. Kami lebih memilih untuk menonton film Pirates of the Caribbean: Dead Man’s Chest. Selepas menonton film Pirates of the Caribbean: Dead Man’s Chest, kami berpapasan dengan seorang nenek yang menjual tisu dan sarden. Teh Hani pun menjelaskan mengenai etos kerja orang Singapura. Bagaimana sekalipun usia telah sepuh namun mereka memilih untuk bekerja. Bukan sekadar nenek tersebut pandangan mata yang saya temui, di tempat makan pun saya temui yang membersihkan piringnya adalah seorang kakek.
Malam kami di hari Senin ditutup dengan makan seafood. Sebuah sajian yang memanjakan lidah.
Selasa
Pada hari Selasa, awal hari kami dijelajahi dengan naik MRT. Sarapan pagi kali ini dengan BreadTalk. Tempat yang kami tuju adalah Esplanade. Esplanade digunakan sebagai gedung pertunjukan. Esplanade juga berbentuk unik yakni seperti durian. Setelah dari Esplanade kami naik bis menuju Chijmes. Berjalan kaki kami pun sampai di patung Raffles. Tak jauh dari patung Raffles kami menikmati sarana transportasi berupa perahu dengan menggunakan mesin. Dengan menggunakan perahu itu kami menjelajahi Singapura melalui jalur air.
Titik pusing-pusing kami berikutnya adalah Singapore Zoo. Sebelum menjelajah kebun binatang, kami mampir di KFC. Tidak ada nasi dalam menu yang disajikan. Di Singapore Zoo, Zuhdi saya “bully” dengan binatang siamang hehe..Binatang yang menggelantung di pepohonan tersebut membuat Zuhdi bergegas keluar dari area yang ditempati oleh siamang.
Selepas dari Singapore Zoo kami pergi ke hotel Four Season. Di hotel Four Season mbak Riri bekerja. Di sana kami makan malam sekaligus foto-foto di dalam hotel. Boleh dibilang ini adalah salam perpisahan dengan mbak Riri dikarenakan besoknya kami akan meninggalkan Singapura.
Rabu
Pada hari Rabu kami pun berkemas untuk kembali ke Jakarta. Di taksi kami berpisah jalan. Teh Hani melanjutkan perjalanan ke Amerika Serikat, sedangkan sisa rombongan kembali ke Jakarta. Tiba di HarbourFront, kami pun akhirnya resmi mengucapkan bye..bye..ke Singapura. Di bandar udara Batam ternyata tiket kami ke Jakarta terbawa oleh teh Hani. Alhasil kami pun harus membeli tiket pesawat.
Kembali ke bandara Soekarno-Hatta, kami pun menumpang taksi untuk kemudian touch down di rumah.
Begitulah kiranya hikayat perjalanan yang saya lakukan. Semoga di waktu mendatang saya dapat berkunjung ke negeri tersebut.