Dengan senyum mengejek, Aku yang terefleksi di cermin berkata, “Aku adalah Fiksi Fantasimu. Aku adalah duniamu. Tidakkah kau kenali Aku?”
Kuingat kuat-kuat lembar kertas pasir yang kau tuliskan
Melawanlah meski itu kata terakhir yang akan kauingat
Kata-kata adalah jiwa zamannya. Yang bergerak meletup-letup, menari, dan menggugat. Kaldera merupakan antologi puisi yang tersusun atas tiga fragmen besar: Fantasi, Roman, Resistance. Ketiga fragmen tersebut dapat dinikmati sebagai satu sajian tersendiri ataupun dapat dikaitkan dengan pigura makronya.
Mungkin kita hanya perlu menghadirkan tanya, tanpa perlu menemukan jawab