Bernafaslah, acuhkan puing bumi
Melompatlah, campakkan tangis peradaban
Bersenandunglah, luapkan oposisi sunyi
Melawanlah, meski tangan terikat
Melawanlah, walau pengasingan sahabatmu
Bicaralah, singkirkan suara sumbang dari kuasa
Berlarilah, sekalipun stagnasi bisu jerat bayangan
Berterusteranglah, kutahu tempat labuhmu di ruang bertopeng lekat
Suarakan apa yang harus disuarakan
Asah pena, walau kertas terserap musnah
Hadapi seketika, tiada kelu di koordinat kusam
Melawanlah, meski hegemoni makna dan wacana di ketiak penguasa
Di ruang manuver yang serba sempit lagi pengap
Teruntuk resistance yang gundah ketika menghirup udara bumi tiada semestinya
Yang menghela nafas di tembok angkuh angkara
Melawanlah, karena kata ‘melawan’ coba dimarginalkan dari kamus tata bahasa
Disini pernah ada kerikil perlawanan
Disini pernah ada kegaduhan makna ketika pedang penguasa telah mengepung dari segala jendela
Melawanlah meski itu kata terakhir yang akan kauingat