Posted in Edukasi, Essai, Sosial Budaya

Kepompong Intelektual

Menulis memerlukan keheningan tersendiri. Itulah terkadang saya harus berada dalam ‘kepompong intelektual’. Saya terkadang mematikan ponsel. Karena kerap ponsel menjadi distraksi tersendiri dalam menulis. Mungkin itulah salah satu rahasia dalam menulis, yakni fokus. Menulis merupakan lakon yang sulit untuk dilakukan secara multitasking. Fokus saja pada satu segi dalam satu waktu yakni menulis.

Kepompong intelektual merupakan negasi dari perbincangan yang tiada perlu. Kalau mau jujur berapa persen sebenarnya dari perbincangan kita yang bermanfaat? Ada waktu yang tercecer percuma dari perbincangan yang tiada perlu. Maka ketatkan diri, disiplinkan diri untuk berbincang dengan orang-orang yang kiranya dapat menjadi inspirasi dan menghadirkan manfaat. Saya terkadang mengurangi takaran waktu untuk berbincang yang saya sudah tahu isi kepalanya tong kosong. Berbicara ngalor-ngidul tanpa ilmu. Berbicara ngalor-ngidul tapi tiada ikatan substansi ilmu.

school a

Kepompong intelektual juga bermakna pemanfaatan waktu. Cobalah sediakan waktu yang hening, sendiri. Benar-benar fokus pada penulisan. Menggali ide dari diri sendiri, melakukan studi pustaka. Maka setelah sekian waktu lihatlah hasil yang tercapai. Ada output yang nyata-nyata terjadi. Jadikan itu sebagai menu keseharian. Maka ritme produktif akan melekat pada diri.

Kepompong intelektual juga memungkinkan untuk berlindung dari kecepatan teknologi. Sosial media, televisi, internet, seakan menjejalkan informasi yang begitu merentang. Tiada semuanya kita perlu lahap. Lebih baik lahap yang kita butuhkan. Cari kiranya yang konstruktif dalam menyusun intelektualitas dan karya tulis yang sedang dibuat.

Kepompong intelektual merupakan ranah kreativitas. Ada diskusi dengan diri sendiri. Dengan begitu maka diri akan terkokohkan. Memiliki kedalaman pemikiran. Memiliki karya yang terus menerus dihasilkan. Saya percaya sebelum orang memberikan ilmu, maka diperlukan internalisasi dan dialog dengan diri sendiri.

baca 1

Kepompong intelektual memungkinkan untuk melakukan revisi secara tenang. Karya yang disusun setelah melakukan penyempurnaan. Itulah kiranya saya tiada begitu tertarik pada berita-berita yang berseliweran di internet yang mengandalkan pada kecepatan. Bisa jadi terjadi kesalahan disana sini. Bersabarlah. Dalam menerima informasi. Dalam menghasilkan karya.

Kepompong intelektual kiranya berguna untuk mengasah intelektualitas. Diperlukan pematangan intelektualitas. Mematangkan, merenungkan dari apa yang dibaca. Merenungkan dari ide-ide yang bertebaran ataupun menjembatani antaride tersebut. Merenungkan tentang pilihan kata.

Mari menarik diri dari bising yang ada. Berangkat ke kepompong intelektual dan menghasilkan karya demi karya.

Author:

Suka menulis dan membaca

Leave a comment