Untukmu yang selalu sibuk. Scrolling media sosial, atensi yang menarikmu lagi, lagi, lagi, lagi. Yang melihat “rumput tetangga” hijau, permai.
Yang tersibukkan waktu di dunia tipu-tipu ini.
Riuh siap menyergapmu dari berbagai segi. Bising di kepala, bising dimana-mana.
“Namanya juga lyfe,” tuturmu singkat.
Sandwich generation. Ini uang lalu berbagai pos siap menyerapnya.
8 jam sehari adalah ilusi. Kepala yang senantiasa terjaga.
“Siapa kau?” tanyamu menyelidik.
“Aku mimpi-mimpi dari masa lalumu,” jawabku.
“Seperti Kugy, Keenan, yang sempat kehilangan kompas cita-cita, kemudi itu bisa kembali kau temukan. Turuti kata hatimu. Seni untuk seni,” lanjutku tak memberi jeda.
Kau hanya tertawa seperti rona suara Joker. (Orang baik yang tersakiti – pikirku?).
“Bersama waktu, kau dapat tumbuh menjadi seseorang yang kau benci dan kau takuti. Tapi kau pun sadar, itu adalah caramu untuk bertahan di lyfe ini,” ujarmu.
Ia menyumpal telinganya dengan musik. Menyibukkan dirinya dengan scrolling. Ia sibukkan pikirannya. Ia kubur suara mimpi masa lalu itu.
“Ada masanya mimpi-mimpi itu membuatku hidup, memberiku alasan. Tapi tidak lagi kini,” kata penghabisan yang menimbun mimpi-mimpi itu, memadamkannya tegas dan jelas.