Di papan catur kita bertemu
Berjabat tangan
Senyum hormat
Kali pertama, ku ketahui,
Kau seserius itu
Maniak dengan duniamu
Detak detik yang berdetak
Langkah-langkah yang kau perhitungkan masak-masak
Kita remis saat itu
Kita tahu akhir dari ‘Si Putih’ & ‘Si Hitam’
Saling terkunci
Dan mulai mengenallah kita
Tentang mengapa kau suka catur
Mentor-mentormu
Latihan-latihan panjangmu
Kau yang bergiat menghadapi lawan dari sudut mana saja
“Kau perlu punya memori menghadapi lawan dengan langkah terduga & tak terduga,” katamu memberi alasan
Aku? Sesekali menjadi mitra informal latih tandingmu
Sembari berbicara tentang catur & bukan catur
Mencicil pertemuan & telusur bak lapis bawang yang terkuak
Bagiku catur adalah hobi
Bagimu obsesi
Aku dapat bermain catur sembari menyesap kopi
Sedangkan kau, dengan pena & kertas,
Mencatat, mencoret-coret segala kemungkinan & rangkaian masa lalu
Adakah aku bisa terus melaju untuk kita?
Seperti pion yang mendekat selangkah demi selangkah?
Bahaya di perjalanan tentu ada
Di 64 kotak persegi itu, warna yang berbeda dapat menerkam
Dari pion sampai raja – para karnivora sejati
Seperti lusinan pertemuan:
“Kau tahu, catur tentang pengorbanan”
“Tujuannya, sebisa mungkin menang”
“Siapa pun dapat dikorbankan”
“Dari pion sampai menteri ada dalam kuasaku untuk ku korbankan”
“Aku suka memegang kendali itu”
Ia bermonolog
Kuteguk kopi pahitku
“Ini jawaban atau pertanyaan?” tanyaku dalam hati